Minggu, 29 Januari 2012

Perbaiki Kolektivitas Jika Ingin Sapu Bersih

SMeCK HOOLIGAN,
Fian Nasution
Korwil Medan Denai, Percut, dan Tembung

Menyimak perhelatan kompetisi ISL hingga pekan kesembilan ini, ada fakta unik tak terbantahkan yaitu status laga kandang tidak memiliki persentase besar meraih kemenangan. Beberapa tim besar justru harus menelan pil pahit di "rumah sendiri". Tuah stadion dan suporter memang tak bisa diingkari, tapi kualitas permainan dalam taktik dan kerjasama tim lebih utama.

Menjemput empat duel laga kandang, PSMS Medan tidak boleh mengusung kepercayaan diri yang terlalu besar. Ya, kita mampu memecundangi Persisam. Bahkan mengimbangi tim-tim besar seperti Persipura, Mitra Kukar dan Persiwa Wamena. Secara obyektif kita merugi karena tiga laga berujung seri. Hanya saja kredit poin sangatlah pantas disematkan menilik komposisi pemain yang bisa dikatakan "pas-pas"an.

Di atas kertas, Sriwijaya adalah satu dari empat lawan yang paling tangguh. Begitupun, Persiba, Persiram dan Persegres jangan dianggap sepele. Justru tim-tim ini yang paling patut diwaspadai karena biasanya mengusung motivasi tinggi.

Rekor empat laga kandang sebelumnya tak buruk tetapi juga tidak bagus. Menurut saya, ada dua hal fundamental yang harus dilakukan. Pertama, kinerja lini depan harus digenjot habis-habisan. Persoalan klasik di tujuh pertandingan masih saja menempel. Apa itu? Tidak ada "chemistry" antara barisan depan dan tengah.

Produktivitas lini depan perlu dipertanyakan. Saya melihat peran lini tengah yang dilakukan In Kyun Oh, Luis Pena, dan Zulkarnain sangat baik. Holding midfielder Anton Samba dan Zainal Anwar juga bekerja lumayan. Nah, ada apa dengan Saha?

Saha harus bisa mengeksploitasi kemampuannya dan jauh lebih peka. Termasuk pelatih, Kepala Raja Isa yang sudah memoles tim ini dengan tangan dingin. Kenapa persoalan klasik ini tidak juga terselesaikan. Jika memang Saha dinilai belum bisa bersesuaian dengan tim, bukankah masih ada opsi menurunkan stok penyerang lainnya?.

Kenapa harus ini yang kami soroti?. Sebab acapkali tim menurunkan daya serang saat unggul sebiji gol. Ini seharusnya tidak terjadi, dukungan dari puluhan ribu fans harusnya mampu melecut skema ini. Tentu, alasannya adalah taktik. Nah, apakah taktik ofensif mendapat sedikit tempat. Tim sudah memiliki fanatisme, kualitas stamina dan mentalitas seiring waktu, saatnya empat laga ini kita gembosi secara maksimal. Dengan itu sapu bersih jadi mungkin dicapai. Salam Sada Roha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar